Aku (gak sengaja) Jujur

Mahasiswa itu mahasiswa, dan yang namanya mahasiswa itu gak kaya yang di sinetron2 dimana mereka bisa santai kaya di pantai seakan gak ada beban. Ngomong2 masalah beban mahasiswa, gue punya pengalaman yang bisa dibilang pertama dan terakhir (semoga) di dunia perkampusan. 

Sebelumnya gue mau ngenalin dulu siapa gue. Perkenalkan nama gue Wahyu Prasetyo Utomo, kalo nama gue kepanjangan, lo bisa panggil Wahyu 3x. loh. Gue adalah mahasiswa, iya, gue seorang mahasiswa dan real mahasiswa bukan kaya yang di sinetron2. Gue kuliah di pakultas pertanian disalah 3 perguruan tinggi yang ada di purwkerto, sebut aja Unjendir (Unipersitas Jendral Soedirman). Di pertanian gue ambil jurusan Agroteknologi. Sendikit cerita mengenai gimana gue bisa ada di jurusan itu, gue terjebak karena nama 'Agroteknologi' keren kan. 

Sebagai mahasiswa eksak, ceileeeeeeh. pasti gak akan asing dengan yang namanya praktikum dan laporan. kalo disuruh milih, gue lebih seneng praktikum ketimbang laporan. Bagi gue, laporan tuh beban, sebenernya sih bukan beban, tapi itu kewajiban, kewaajiban yang membebani. Buat apa coba kita ngumpulin laporan kalo ternyata tuh laporan pake awetan dari kakak kelas. Itu sama aja mengulangi hal yang sama bertahun2, dan itu goblok man.

Waktu itu gue smester 2. Menurut buku ramalan akademik, di smester ini gue bakal menghadapi praktikum bertubi-tubi, sampe mengalami pusing, mual, kejang2, dan akhirnya muntah pestisida. Dan ramalan itu emang bener, kecuali muntah pestisida. Sampai akhirnya gue ngalamin apa yang namanya syndrome overdosis laporan yang menyebabkan gue jadi ngaco pas ngerjain laporan, dan itu terjadi pada laporan statistika gue.

Siang itu, seperti kebanyakan mahasiswa seangkatan gue, kita praktikum statistika. Asal lo tau, statistika adalah salah satu mata kuliah terkutuk yang paling dibenci oleh umat mahasiswa. Dalam keadaan setengah teler gara2 begadang ngerjain laporan, gue pun mendengarkan penjelasan dari asprak dengan penuh kemalasan. Oh iya, kenalin asprak gue namanya mba ida, anak agronomi 2007. sebagai asprak, dia cukup care sama rombongan gue, terbukti ketika gue lagi asik copas jawaban temen pas kuis, beliau memilih diam. Tapi hari itu mukanya kelihatan sangar kaya macan mau nglahirin. Entah ada apa gerangan.

'Wahyu' panggil dia, 'iya mba' sahut gue males. 'sini maju, gantiin aku nerangin' suruh dia, 'mba yakin?' sedikit meyakinkan dia, it's ok kalo asprak minta praktikannya buat ngejelasin acara, tapi memilih gue buat nggantiin dia njelasin? cuma asisten yang udah depresi gara2 gak lulus2 doang yang meminta hal itu ke gue.'iya, sini kamu, gantiin aku' dia menjawab dengan penuh keyakinan. Gue pun gak bisa menolak tawaran asprak, akhirnya gue pilih maju dan njelasin dari pada dilempar papan tulis gara2 gue tolak.

'udah, njelasinnya?' tanya dia, 'udah ko mba' jawab gue. 'kesini sebentar', gue pun nyamperin mba ida yang kayanya lagi frustasi gara2 liat tulisan laporan gue yang mirip cacing lagi aerobik. 'kamu tau kesalahan kamu?' tanya dia lagi, 'gak mba' jawab gue. 'tau gak?' gentak dia, 'yaelah, enggak mba' jawab gue santai. 'TAU GAK KAMU?!' dia tanya lagi. 'yaudah, tau deh mba'. 'apa?' tanya dia, 'gak tau mba'. mba ida cuma bisa senyum ketus penuh penghinaan ke gue.

'coba cek laporan kamu, nih' suruhnya. Gue pun nge-cek lembar demi lembar laporan gue, sampai pada lembar terakhir yaitu lampiran. astaganagakumisnyakriting!!! Gue kaget setengah mati, ternyata bukan hasil pengamatan yang gue lampirin, tapi itu adalah benda haram yang gue dapet dari temen gue, yaitu awetan kaka kelas. Gara2 begadang semaleman, hasil pengamatan gue sampe ketuker sama awetan. Dan ini mungkin pertama kali terjadi di dunia perkampusan. Tapi no problem, it's okey, gue sedikit mengambil hikmah dari pengalaman gue tersebut, berkat pengalaman barusan, gue sempat mendapat penghargaan sebagai mahasiswa paling jujur yang mengikutsertakan awetan dalam laporan. Mahasiswa lain mungkin akan berpikir sejuta kali untuk meniru apa yang gue lakuin.

Dan, beruntungnya gue dapet asprak yang care sama praktikan kaya mba ida. Beliau dengan baik hati untuk tidak mengadukan kejujuran gue ke mba Umbar. Perkenalan buat mba Umbar, dia adalah salah satu asisten paling killer di fakultas pertanian, di balik sosoknya sebagai wanita, tersimpan jiwa asisten yang gak akan segan2 ngluarin nafas api dari mulutnya untuk membakar hidup2 praktikan yang melanggar peraturan.

nb: semua cerita yang gue tulis ini asli tanpa rekayasa, percaya gak percaya, mending lo percaya sama Tuhan, karena percaya sama gue berarti musrik.

Share On: