Selasa, 27 Desember 2011

Mitos KacaMata

Apa reaksi lo kalo liat seorang cowo/cewe pake kaca mata. Pasti lo bakalan langsung berpikir dia itu cerdas, brilian, dan genius. apa bedanya. Ya pokoknya mereka yang pake kacamata pasti dalam darahnya mengalir darah opung Einstein lah.

Dahulu kala pas gue masih kecil, gue beranggapan kalo orang yang memakai kacamata itu keren, gahol, dan genius. Sampe-sampe gue sempet punya obsesi buat pake kacamata biar dibilang genius dan menambah daya tarik gue terhadap cewek2. Tapi takdir berkata lain, gue dan kacamata emang gak berjodoh. Dunia seakan berputar 360 drajat, loh. Kepala gue muter-muter, yang tadinya ganteng jadi jelek, yang emang jelek jadi makin jelek, dan itu membuat gue pusing! bener kata mbah gue dulu, 'kamu tidak terlahir untuk memakai kacamata nak.' Dan gue pun langsung melepas kacamata itu, sebelum dia (kacamata) menguasai pikiran gue dan menyuruh orang2 untuk saling bunuh. #lebaaaaay


Waktu gue sekolah dulu, kebetulan teman sekelas gue ada juga yang pake kacamata, sebut saja Tarno . Untuk ukuran orang dengan nama tersebut, dari segi tampang dia gak malu2in lah. Apalagi dengan dukungan kacamata, dia nampak seperti Conan Edogawa. Pas gue pertama liat dia, tepatnya waktu pembagian kelas, gue berpikir kalo dia pasti 'JENIUS'. Gue juga sempat berharap gue bisa duduk bareng dia di kelas dengan harapan dia mau menularkan kejeniusannya ke gue yang bego ini. Tapi ternyata gue salah. Gue salah besar. 

Teori orang Jenius pasti pake kacamata punya gue dipatahkan oleh guru Matematika, panggil aja bu Samin. Sebagai guru, beliau tergolong kejam dang bertangan besi. Layaknya guru matematika, beliau selalu datang dengan membawa penggaris panjang sebagai alat penyiksa, dan dengan raut muka seperti macan 3 bulan gak makan daging yang menebar kengerian ke seluruh penjuru kelas.

Ceritanya gini, waktu itu malam Selasa, dan besok jam pertama adalah Matematika. Gue pun bergegas tidur, supaya besok bisa bangun pagi dan berangkat dengan harapan bisa dapet kursi yang kiranya aman dari cengkraman beliau. Tapi Tuhan berkehendak lain, gue malah bangun jam 06.40. Itu artinya telat, dan mampuslah gue kalo dapet kursi paling depan. shit men! 

Sesampainya di kelas, gue clingukan kayak kucing nyari tikus, menyisiri baris demi baris dan berharap masih ada bangku kosong yang aman. Dan bim salabim , gue pun mendapati satu meja yang masih kosong tanpa penghuni. Sejenak gue berpikir hari itu adalah hari keberuntungan gue, sebelum akhirnya semua berubah ketika Tarno datang dan dia duduk bareng gue, karena emang gak ada kursi lain yang kosong. Mampus gue!
Tarno terkenal sebagai makanan hariannya bu Samin, bisa dibilang dia adalah siswa favoritnya. Dalam hal ini, favorit dibantai habis2an. Yang gue takutkan adalah kesialannya membawa dampak besar dalam kehidupan gue.

Dan pelajaran dengan guru paling killer se-jagad pun dimulai. Kelas tampak hening pas bu Samin ngejelasin di depan. Semua seakan fokus, tapi gue tau banget kalo kita itu lagi disiksa pelan2. Apalagi gue duduk sama Tarno, siksaan yang gue alami semakin lengkap sudah. 'Coba kalian kerjakan 5 soal, di halaman 134. Saya kasih waktu 10 menit.' Suruh bu Samin. 'baik bu' saut anak2. Sebenernya soalnya gak sulit, kalo yang duduk disebelah gue bukan Tarno. Tapi soal kali ini nampak lebih susah dan bikin gue pengin triak minta tolong. 'Lo bisa gak, gus?' tanya gue. 'Ehhhhhmmmmmm...' dengan jawaban dia yang kaya gini, gue udah tau kalo dia positif gak bisa. Lima menit berselang, gue tanya lagi si Tarno 'Gus, lo udah ngerjain berapa nomer?' tanya gue. 'Belum sama sekali yu, gue putek, jadi gue mending gambar motor deh. nih'. Udah jadi hoby dia buat gambar motor, tapi sejauh mata memandang yang bisa gue tangkep dari gambar motornya adalah gambar odong-odong yang bis kelindes buldoser. Abstrak abis. 

'Waktu habis' kata bu Samin  Beliau mengambil daftar absen yang ada di meja. Dengan gerakan slow motion, beliau nampak seperti malaikat maut yang lagi menyeleksi orang yang mau dicabut nyawanya. Gue pun berdoa sebisa gue dan memohon ampun, supaya gue gak kepilih. Nama pertama dipilih, kedua, ketiga, dan keempat. Ternyata gue slamet. Tapi masih sisa 1, dan gue berharap itu bukan gue, melainkan mahluk yang ada disamping gue sekarang. Dan harapan itu terkabul, dalam hati gue berteriak sekencang-kencangnya 'TARNO!!! You are MY HERO!!!! HAHAHAHA'. Mendengar suara bu Samin menyebutkan nama Tarno  seperti mendengarkan alunan musik turun dari surga yang menenangkan jiwa. Tarno emang terkenal sebagai tumbal wajib kalo pas pelajaran matematika. Dan yang gue heran, dia gak pernah nyadar kalo dirinya telah menjadi tumbal.

Dari ke lima orang yang maju ke depan buat ngerjain soal, gue udah tau siapa yang bakalan jadi juru kunci, dan dia adalah si Tarno  Dan gue emang bener, karena hal ini sudah terjadi ber-puluh kali. Udah jadi kebiasaan bu Samin buat menyiksa daging favoritnya ini dengan tetap membiarkan ia berdiri di depan dan melarangnya kembali ketempat duduk sebelum soalnya bener ke jawab. Jam menunjukkan pukul 07.44 pas Tarno maju ngerjain soal, dan kelas berakhir pukul 08.40. Kalo si Tarno dalam sisa waktu segitu gak bisa ngerjain, maka tamatlah riwayatnya. Bisa lo bayangin betapa psikopatnya guru gue yang satu ini. 

Hikmah yang bisa diambil dari cerita ini adalah: jangan pernah menganggap orang berkacamata itu pintar, karena sesungguhnya sudah ada Tarno temen gue yang mencederai paham tersebut. Percaya pada kemampuan kita sendiri dalam berbagai hal, karena kalo lo tanya ke temen gue Tarno  yang ada malah gambar odong2 yang selalu dia buat yang dia anggap sebagai jawaban paling benar.
Share On:

1 komentar :

Diberdayakan oleh Blogger.